DERASNYA kemajuan Global menggempur habis-habisan aspek Kebudayaan. Sehingga menggerus kepribadian masyarakat Indonesia termasuk masyarakat Lampung.
Padahal dimasa lampau Soekarno pernah berujar, masyarakat Indonesia harus berpegang teguh pada sebuah nilai yakni, berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi dan berkepribadian secara kebudayaan. Hal itu termuat dalam Tri Sakti Pembangunan, yang saat ini dilanjutkan oleh Pemerintahan Joko Widodo.
Hal tersebut disampaikan oleh Budayawan Lampung Ari Pahala Hutabarat (APH) saat memberi penghantar diskusi rutin, Satu Malam 27an dengan mengangkat tema “Kebudayaan Lampung Dalam Perspektif Senator”, bertempat di Graha Kemahasiswaan Unila, Kamis (27/07/2023).
Ari Pahala Hutabarat, atau selanjutnya APH mengatakan, dalam konteks kepribadian secara kebudayaan, masyarakat belum memegang teguh-teguh nilai tersebut.
[elementor-template id=”13″]
[elementor-template id=”11″]
Pasalnya, cara berpikir dan cara berprilaku masyarakat cenderung kebarat-baratan dan Amerika Style. Ia lalu mempertanyakan apakah terdapat nilai-nilai kelampungan yang terwujud dalam prilaku sehari-hari, terutama untuk peserta dalam diskusi tersebut, bahkan dalam penampilan sekalipun.
APH menyebutkan, problem tersebut menyangkut ketahanan budaya. Sebab, lunturnya nilai-nilai budaya di setiap daerah di Indonesia termasuk Lampung disebabkan oleh gempuran pengaruh Global.
Selanjutnya, Neri Juliawan, sebagai salah satu pembicara dalam diskusi tersebut mengatakan, beberapa tahun belakangan cukup berbahagia menyambut Undang-undang kemajuan kebudayaan.
Hadirnya Undang-undang tersebut menurutnya, menunjukkan peran Pemerintah Indonesia yang memberi arah yang jelas terkait pengembangan kebudayaan.
[elementor-template id=”13″]
[elementor-template id=”11″]
Namun ia mempertanyakan impelementasi undang-undang tersebut lantaran lebih memfokuskan pada objek-objek kebudayaan atau benda-bendanya, sementara manusia sebagai pelaku budayanya diabaikan.
Ia menilai, kebudayaan di Lampung cukup berkembang, jika di pilah satu-satu. Objek kebudayaan juga lebih variatif, aneka hasil budayanya cukup terlestarikan.
Untuk diketahui, Satu Malam 27 an, sebuah diskusi rutin yang sudah berlangsung dalam dua terakhir adalah semacam upaya membentuk ekosistem kebudayaan.
[elementor-template id=”13″]
[elementor-template id=”11″]
Pembicaraan seputar kebudayaan minim dijumpai, oleh karena itu Keluarga Alumni UKMBS Universitas Lampung (Kaula) berkehendak menjadikan Satu Malam 27 an sebagai ruang yang konsen di wilayah kebudayaan.
Dalam kesempatan tersebut, Kaula mengangkat tema Kebudayaan Lampung Dalam Perspektif Senator dengan menghadirkan DPD RI Lampung Bustami Zainudin sebagai pembicara. (sandika)







Leave a Reply